Monday, 7 September 2015

ISL 4.0

Pantun Budi

Payah kami menabur padi,
Nenas juga ditanam orang;
Payah kami menabur budi,
Emas juga dipandang orang.




Tinggi bukit gilang-gemilang,

Air laut tenang-tenangan;

Budi sedikit tidakkan hilang,

Itu menjadi kenang-kenangan.



Jentayu burung jentayu,

Hinggap dibalik pokok mayang;

Bunga kembang akan layu,

Budi baik bilakan hilang.



Biarlah orang bertanam buluh,

Mari kita bertanam padi;

Biarlah orang bertanam musuh,

Marilah kita bertanam budi.



Ayam jantan siayam jalak,

Jaguh Siantan nama diberi;

Rezeki tidak saya tolak,

Musuh tidak saya cari.



Jikalau kita bertanam padi,

Senanglah makan adik-beradik;

Jikalau kita bertanam budi,

Orang yang jahat menjadi baik.



Baik-baik makan keladi,

Keladi itu ada miangnya;

Baik-baik termakan budi,

Budi itu ada hutangnya.



Buah nenas bawa berlayar,

Dimakan sebiji di Tanjung Jati;

Hutang emas boleh dibayar,

Hutang budi dibawa mati.



Tenanglah tenang air di laut,

Sampan kolek mudik ke tanjung;

Hati terkenang mulut menyebut,

Budi yang baik rasa nak junjung.



Cindai bercorak penuh berpita,

Pakaian anak Panglima Garang;

Emas dan perak pengaruh dunia,

Budi yang baik dijunjung orang.

Jangan suka mencabut padi,

Bila dicabut hilang buahnya;

Jangan suka menyebut budi,

Bila disebut hilang tuahnya.


Kalau keladi sudah ditanam,

Jangan lagi meminta talas;

Kalau budi sudah ditanam,

Jangan lagi meminta balas.


Singgah ke pulau menggali ubi,

Kalau ke beting berdayung juga;

Sepuluh kali kita berbudi,

Kalau miskin terbuang juga.


Sudah lama memakai gelang,

Gelang berukir sirama-rama;

Harimau mati meninggalkan belang,

Manusia mati meninggalkan nama.


Mati kayu karena benalu,

Patah layu dahannya mati;

Mati Melayu karena malu,

Kalah Melayu termakan budi

Mencari ikan belida,

Terpancing pula si ikan keli;

Buat baik berpada-pada,

Buat jahat jangan sekali.


Jauh sungguh pergi mandi,

Setapak jalan lewatkan huma;

Berat sungguh menanggung budi,

Seribu tahun takkan lupa.



Ragi pulut dalam kati,

Tapai manis dalam kuali;

Selagi hidup dalam pekerti,

Sampailah mati dalam budi.


Daripada laman sesawang: http://aliashamzah2095.blogspot.my/p/pantun-budi_09.html

PERIBAHASA
MAKSUD
Kalau takut dilambung ombak, jangan berumah ditepi pantai.
Secara tersiratnya, peribahasa ini mengandungi kata-kata sindiran yang membawa maksud member perangsang kepada orang yang lemah untuk melakukan sesuatu yang tidak biasa dilakukanya.
Sebab pulut santan binasa, sebab mulut badan binasa
Mempunyai kata sindiran yang bertujuan untuk member peringatan kepada seseorang agar berhati-hati semasa bercakap agar tidak mengundang padah.


Daripada laman sesawang: http://fatihahrashid89.blogspot.my/2012/03/blog-post.html

No comments:

Post a Comment